Wednesday, November 7, 2018

Kebijakan Moneter

Jumlah uang yang beredar dapat memengaruhi tingkat harga. Jika jumlahnya terlalu berlebih dapat meningkatkan harga barang/jasa secara umum, atau dengan kata lain akan menyebabkan terjadinya inflasi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan moneter untuk mengatur dan menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Kebijakan ini lebih menekankan pada upaya memengaruhi jumlah uang yang beredar di suatu negara.

Keijakan moneter

Pengertian kebijakan moneter

Moneter dalam KBBI berarti mengenai, berhubungan dengan uang atau keuangan.
Sehingga dapat ditafsirkan kebijakan moneter tentu merupakan kebijakan yang berkaitan dengan hal keuangan.

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil bank sentral untuk mempertahankan, menambah, atau mengurangi jumlah uang yang beredar.

Perubahan jumlah uang yang beredar diharapkan akan berpengaruh pada tingkat harga. Melalui kebijakan moneter, bank sentral dapat menjaga kestabilan moneter, dan selanjutnya diharapkan keadaan ekonomi pun menjadi stabil. Selain itu, kebijakan moneter juga merupakan upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengendalikan tingkat harga.

Keberhasilan suatu kebijakan moneter yang diambil dapat dilihat dari peningkatan kesempatan kerja dan perbaikan neraca pembayaran.

Jika bank sentral menambah jumlah uang yang beredar, maka bank sentral dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive). Sebaliknya, jika jumlah uang beredar dikurangi, bank sentral dikatakan menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive). Istilah lain dari kebijakan moneter kontraktif ini adalah kebijakan uang ketat (tight money policy).

Tujuan kebijakan moneter

Penurunan nilai rupiah

Tujuan diambilnya suatu kebijakan moneter oleh pemerintah melalui bank sentralnya adalah:

1. Menjaga stabilitas ekonomi
Stabilitas ekonomi merupakan keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa serta arus perputaran uang berlangsung secara berimbang.
Jika bank sentral mampu mengatur jumlah uang yang beredar ini sesuai kebutuhan, maka akan tercipta keadaan ekonomi yang stabil.

2. Menjaga stabilitas harga
Seperti diketahui sebelumnya, jumlah uang yang beredar berpengaruh pada tingkat harga yang berlaku. Untuk itu diperlukan pengaturan jumlah uang yang beredar oleh bank sentral agar tingkat harga bisa relatif stabil.

3. Meningkatkan kesempatan kerja
Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa, maka perekonomian akan stabil. Perekonomian yang stabil akan menarik para investor untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan investasi baru. Apabila produksi meningkat maka kesempatan kerja juga akan meningkat.

4. Perbaikan neraca pembayaran
Kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral ternyata juga bisa berpengaruh pada perbaikan neraca pembayaran. Misalnya, dengan melakukan devaluasi, perdagangan luar negeri akan menjadi surplus.
Devaluasi adalah menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Devaluasi menyebabkan harga produk dalam negeri menjadi lebih murah dan jika dibeli dengan mata uang asing. Dengan demikian, nilai ekspor akan meningkat. Tetapi devaluasi ini hanya bisa diterapkan pada negara yang menganut sisterm kurs tetap.

Macam-macam kebijakan moneter

Bank Indonesia

Berikut adalah beberapa kebijakan moneter yang dapat dilakukan pemerintah melalui bank sentralnya untuk menstabilkan keadaan ekonominya:

Politik pasar terbuka (Open market operation)

Politik pasar terbuka adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga berupa obligasi.
Apabila bank sentral menjual surat berharga (open market selling) kepada bank-bank umum berarti bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Penjualan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) misalnya, dilakukan apabila perekonomian mengalami gejala-gejala inflasi. Dana dari bank sentral atas penjualan surat berharga ini digunakan untuk menyalurkan kredit ke masyarakat.
Sebaliknya, apabila bank sentral membeli kembali surat berharga (open market buying) berarti bank sentral bermaksud untuk menambah jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menanggulangi ekonomi yang sedang mengalami kelesuan (resesi) atau berada dalam kondisi deflasi.

Politik diskonto (Discount rate policy)

Politik diskonto adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga bank.
Pada saat bank sentral menaikkan suku bunga maka masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah uang yang beredar.
Jika bank sentral mengurangi suku bunga, maka minat masyarakat untuk menabung akan menurun. Orang-orang akan cenderung mengambil uang tabungannya, sehingga peredaran uang di masyarakat akan semakin banyak.

Politik cadangan kas (Cash ratio)

Politik cadangan kas adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi uang yang beredar dengan menaikkan atau menurunkan cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank-bank umum dalam mengedarkan/memberikan kredit kepada masyarakat.
Dengan menaikkan cadangan kas, bank umum harus lebih banyak menahan uang tunai untuk diedarkan. Kebijakan ini diambil saat perekonomian sedang mengalami gejala inflasi sehingga jumalh uang yang beredar harus dikurangi.
Pada saat bank sentral menurunkan cadangan kas, berarti bank sentral ingin menambah jumlah uang yang beredar. Hal ini bisa dilakukan karena pada saat bank sentral menurunkan cadangan kas, berarti bank-bank umum bisa mengedarkan uang lebih banyak.

Kebijakan kredit selektif

Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara menentukan syarat-syarat yang ketat.
Bank yang ingin memberikan kredit haru memerhatikan syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C (Character, Collateral, Capital, Capacity, dan Condition of Economy). Dengan kebijakan kredit ketat ini, bank sentral bisa mengontrol jumlah uang yang beredar di masyarakat. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.

Imbauan moral (Moral persuasion)
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba untuk mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang yang beredar. Bank sentral, melalui media massa, mengadakan pidato untuk bisa memengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yang bergerak di bidang moneter. Misalnya, gubernur Bank Indonesia dapat memberi saran agar perbankan berhati-hati dengan kreditnya atau membatasi keinginannya meminjam uang dari bank sentral.

Kebijakan devaluasi dan revaluasi

Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata uang asing. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki neraca pembayaran luar negeri.
Dengan devaluasi, harga barang ekspor akan menjadi murah di luar negeri sehingga nilai ekspor bisa meningkat. Sementara itu, harga barang impor (dalam mata uang domestik/rupiah) menjadi lebih mahal, sehingga dapat mengurangi besarnya impor. Peningkatan dan penurunan impor ini akan mendorong neraca perdagangan surplus, yang artinya ekspor lebih besar dari impor.
Sedangkan revaluasi merupakan kebijakan bank sentral untuk menaikkan kembali nilai uang rupiah terhadap mata uang asing. Revaluasi bisa terjadi karena adanya intervensi pemerintah untuk menjaga nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan harga barang ekspor menjadi lebih mahal, sedangkan barang impor menjadi lebih murah.

Sumber:
BSE Ekonomi kelas 10 Nurcahyaningtyas
maxmanroe.com


No comments:

Post a Comment

Post terbaru

Bukan dari kertas! Uang kertas ternyata dibuat dengan bahan ini

Pernah merasa penasaran mengapa uang rupiah kertas yang selama ini kita pegang dan gunakan ternyata lebih tahan lama dari pada lembaran ...

Post Populer