Sering kali kita dengar seseorang mengajukan usul untuk
mengatasi masalah keuangan dengan pertanyaan: “Kenapa tidak cetak saja uang
lebih banyak? Biar semua kebagian dan tidak ada lagi yang kekurangan uang.”
Nah, apa benar mencetak uang sebanyak-banyaknya dapat
mengatasi masalah yang ada? Atau jangan-jangan malah menambah masalah? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, mari simak info seputar Pengaruh Jumlah Uang yang Beredar terhadap Tingkat Harga berikut:
Menurut teori klasik, bertambahnya jumlah uang yang beredar
akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan dalam
perekenomian tidak berubah.
Artinya, jika barang yang semula berharga Rp10.000,- jika
pemerintah menambah jumlah uang di pasaran, akibatnya adalah harga barang
tersebut akan naik, sebut saja Rp100.000,- dengan demikian, jumlah barang yang
bisa dibeli tidak bertambah meski pun jumlah uang yang dipegang bertambah.
Berikut beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut:
Teori David Ricardo
David Ricardo |
David Ricardo berpendapat bahwa jumlah uang atau kuantitas
uang yang beredar akan memengaruhi tingkat harga.
Jika uang beredar bertambah, maka harga-harga akan naik. Dan
sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar berkurang maka harga barang cenderung
turun.
Jadi secara matematis, jumlah uang yang beredar berbanding
lurus dengan tingkat harga.
M = k . P
Keterangan:
M
|
=
|
Jumlah uang beredar
|
k
|
=
|
Konstanta
|
P
|
=
|
Tingkat harga
|
Dalam teori ini, David Ricardo
mengasumsikan bahwa uang hanya berfungsi sebagai alat/media pertukaran. Oleh karena
itu, setiap pengurangan atau pertambahan uang beredar berhubungan langsung
dengan tingkat harga.
Teori Irving Fisher (Kuantitas Uang)
Irving Fisher |
Pada mulanya, teori kuantitas uang
tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan
kekayaan dalam bentuk uang kas, tetapi lebih menjelaskan tentang peranan uang
dalam perekonomian.
Secara sederhana, Irving Fisher
merumuskan teorinya dalam persamaan:
M . V = P . T
Keterangan:
M
|
=
|
Jumlah uang beredar
|
V
|
=
|
Tingkat perputaran uang, yakni berapa kali suatu mata uang berpindah
tangan
|
P
|
=
|
Harga dari barang
|
T
|
=
|
Volume barang yang menjadi objek transaksi
|
Menurut teori ini, perubahan
jumlah uang beredar akan mengakibatkan perubahan secara proposional. Artinya,
jika jumlah uang naik dua kali lipat maka tingkat harga juga naik dua kali
lipat.
Untuk memahami hubungan
proporsional tersebut, perhatikan contoh perhitungan berikut:
Jika jumlah uang yang beredar 25
(M=25), tingkat perputaran uang 4 (V=4) dan volume atau banyaknya barang yang menjadi
objek transaksi 100 (T=100), maka:
P
|
=
|
(MV)/T
|
=
|
(25*4)/100 = 1
|
Jika M naik 2 kali lipat menjadi
50 (M=50), maka:
P
|
=
|
(MV)/T
|
=
|
(50*4)/100 = 2
|
Dari perhitungan sederhana tadi,
terlihat bahwa perubahan jumlah uang yang beredar sebanding dengan akibat
perubahan harga yang ditimbulkannya.
Teori Alfred Marshall
Alfred Marshall |
Alfred Marshall merupakan tokoh
ekonomi dari Universitas Cambridge, Inggris. Ia tidak menekankan pada
perputaran uang dalam suatu periode tetapi pada proporsi pendapatan nasional (Gross National Product) yang diwujudkan
dalam bentuk kas.
Secara matematik sederhana, teori
Marshall dapat dirumuskan sebagai berikut:
M = k . PY
Keterangan:
M
|
=
|
Jumlah uang beredar
|
k
|
=
|
Proporsi/bagian dari GNP yang diwujudkan dalam bentuk kas
|
PY
|
=
|
GNP / Pendapatan Nasional
|
Berdasarkan persamaan di atas,
Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah
output dalam perekonomian, tetapi sudah terwakili oleh Y.
Dalam teori ini, tersirat
pengertian tentang permintaan uang. Di sini Marshall memandang bahwa
individu/masyarakat selalu menginginkan sebagian (proporsi) tertentu dari
pendapatannya diwujudkan dalam bentuk kas. Dengan demikian, persamaan Marshall
ini menunjukkan adanya keinginan untuk memegang uang kas.
Hubungan proporsional antara
jumlah uang dengan harga dalam persamaan Irving Fisher pun dapat dijelaskan
dengan menggunakan persamaan Marshall.
Misalnya, diketahui k=1/4 (berarti
¼ bagian dari GNP diwujudkan dalam bentuk uang kas). Apabila GNP (PY) sama
dengan 400, maka keinginan masyarakat untuk memegang uang kas adalah:
M
|
=
|
k . PY
|
=
|
(1/4) * 400 = 100
|
Apabila GNP naik 2 kali lipat
menjadi menjadi 800, maka besarnya uang kas yang diminta masyarakat juga naik 2
kali menjadi (1/4) * 800 = 200
Sumber:
BSE Ekonomi kelas 10
Nurcahyaningtyas
No comments:
Post a Comment