Besarnya pendapatan nasional suatu negara
dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (GNP) atau Produk Nasional Bruto
(GNP). GDP dan GNP inilah yang menjadi tolok ukur apakah suatu negara
dikategorikan negara maju atau negara berkembang.
Dalam penghitungan besanya GDP atau GNP,
masing-masing negara menggunakan pendekatannya masing-masing. Ada tiga cara
menghitung pendapatan nasional, hal ini tergantung dari cara pandang atau
pendekatan yang digunakan serta metode perhitungannya.
Gross Domestic Product (GDP) sebagai acuan kemakmuran negara |
1) Pendekatan
produksi
Menurut metode ini, pendapatan nasional
yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam
perekonomian suatu negara.
Cara perhitungan pendapatan nasional
menurut pendekatan produksi adalah dengan membagi perekonomian menjadi beberapa
sektor produksi. Jumlah output setiap
sektor merupakan jumlah output
seluruh perekonomian.
Untuk keperluan ini perekonomian Indonesia
dibagi ke dalam sembilan sektor lapangan usaha, yaitu:
1.Pertanian
|
6.Perdagangan, hotel, dan restoran
|
2.Pertambangan dan penggalian
|
7.Pengangkutan dan komunikasi
|
3.Industri
|
8.Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
|
4.Listrik, gas, dan air bersih
|
9.Jasa-jasa lain
|
5.Bangunan atau konstruksi
|
Setiap sektor tersebut
masih dibagi lagi ke dalam subsektor.
Dalam perhitungan GDP ada beberapa kegiatan produksi yang
tidak masuk dalam perhitungan, antara lain:
a.Pembayaran transfer/pindahan, yaitu pemindahan sejumlah
uang dari kantong yang satu ke kantong yang lain tanpa disertai produksi,
misalnya pembayaran pensiun dan subsidi.
b.Kenaikan dan penurunan nilai barang-barang modal karena
inflasi atau depresiasi. Transaksi saham dan obligasi juga tidak diperhitungkan
dalam GDP karena tidak berhubungan dengan produksi baru.
c.Kegiatan-kegiatan ilegal, antara lain penyelundupan barang
dagang dan kegiatan melanggar hukum lainnya.
d.Pendapatan barang-barang bekas, yang berarti tidak ada
penciptaan produk baru. Termasuk di dalamnya jual beli barang bekas.
Output dari setiap
sektor perekonomian kemudian dijumlahkan dan diperolehlah nilai pendapatan nasional.
Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output
yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasak dari output sektor lain, atau merupakan input bagi sektor ekonomi yang lainnya.
Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi
perhitungan ganda (double accounting)
atau bahkan multiple accounting. Akibatnya,
angka GDP yang diperoleh menggelembung beberapa kali lipat dari angka
sebenarnya.
Untuk menghindari hal tersebut, maka perhitungan GDP dengan
pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) setiap sektor.
Nilai tambah yaitu selisih antara nilai output dan nilai input
antara.
NT = O – I
Keterangan:
NT
|
=
|
Nilai Tambah
|
O
|
=
|
Nilai Output
|
I
|
=
|
Nilai Input
|
Misalnya pada pembuatan sebuah baju yang dijual seharga Rp
100.000,-, digunakan bahan baku kain dan benang seharga Rp 80.000,-. Nilai
tambah dari produksi ini adalah
NT = 100.000 – 80.000 = 20.000
Hanya nilai tambah inilah yang dihitung dalam pendapatan
nasional.
Dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah yang dihasilkan
setiap sektor produksi akan diperoleh nilai pendapatan nasional.
Keterangan:
NI
|
=
|
National Income (Pendapatan Nasional)
|
∑
|
=
|
Jumlah
|
i
|
=
|
Sektor produksi ke-1,2,3….,n.
|
NT
|
=
|
Nilai tambah
|
Contoh:
Misalkan pada penebangan kayu hutan tidak dikenakan biaya
menebang kayu, maka perhitungan nilai tambah yang dihasilkan dari penebangan
kayu sampai menjual perabot di toko adalah:
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Nilai
produksi
(ribu
rupiah)
|
Perhitungan
(ribu
rupiah)
|
Nilai
tambah
(ribu
rupiah)
|
1.
|
Mengambil kayu hutan
|
50
|
50
|
|
2.
|
Menggergaji papan
|
200
|
200 – 50
|
150
|
3.
|
Membuat perabot
|
600
|
600 – 200
|
400
|
4.
|
Menjual perabot
|
800
|
800 – 600
|
200
|
Jumlah nilai tambah
|
800
|
Nilai tambah berbeda dengan keuntungan (laba). Nilai tambah
adalah nilai produksi barang akhir dikurangi biaya bahan mentah. Di dalamnya
termasuk keuntungan sebagai balas jasa faktor kewirausahaan (pengusaha). Sedangkan
keuntungan yaitu nilai produksi akhir (hasil penjualan barang akhir) dikurangi
biaya produksi berupa bahan mentah, sewa, upah karyawan dan bunga modal.
2) Pendekatan pengeluaran
Metode pendekatan ini dianggap lebih dapat memberikan keterangan-keterangan mengenai
tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, menggambarkan masalah ekonomi suatu
negara dan tingkat pertumbuhan yang dicapainya.
Ada empat unit ekonomi yang digunakan dalam perhitungan
pendapatan nasional dengan cara pengeluaran, yaitu:
a) Pengeluaran
konsumsi rumah tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga nilai belanja atau
pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen untuk membeli jenis kebutuhan
dalam satu tahun tertentu.
Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan digunakan
untuk membeli kebutuhan rumah tangga seperti makanan pakaian, dan membayar
jasa. Akan tetapi tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga
digolongkan sebagai konsumsi, misalnya pengeluaran untuk membeli rumah
digolongkan sebagai investasi.
b) Pengeluaran
Pemerintah
Pemerintah membeli barang terutama untuk kepentingan
masyarakat, misalnya pengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan
kesehatan, membayar gaji pegawai pemerintah, tentara dan polisi, serta
pengeluaran untuk mengembangkan sarana dan prasarana.
Semua pengeluaran tersebut dimasukkan dalam pengeluaran
pemerintah.
Beberapa pengeluaran pemerintah yang tidak termasuk sebagai
pengeluaran untuk pendapatan nasional antara lain pemberian beasiswa, bantuan
bencana alam, subsidi pemerintah. Pengeluaran ini bukan untuk membeli barang
dan jasa sehingga termasuk pembayaran transfer.
c) Investasi
Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal yang
dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa akan datang. Termasuk dalam
kategori ini adalah membangun gedung, membeli mesin, peralatan produksi dan
mendirikan pabrik.
Investasi bukanlah jenis pengeluaran untuk konsumsi,
melainkan digunakan untuk kegiatan produksi di waktu mendatang.
Pada dasarnya, investasi dibedakan atas tiga jenis
pengeluaran:
1.Pengeluaran untuk barang modal dan peralatan produksi.
2.Perubahan-perubahan dalam nilai investasi pada akhir
tahun.
3.Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat
tinggal.
d) Ekspor Neto
Nilai ekspor neto diperoleh dengan mengurangkan nilai ekspor
(X=ekspor) yang dilakukan suatu negara dalam tahun tertentu dengan nilai impor
(M=impor) dalam periode yang sama.
Ekspor neto suatu negara biasanya terdiri atas barang-barang
dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Oleh sebab itu, nilainya harus
dihitung dalam pendapatan nasional. Sedangkan barang impor merupakan produksi
masyarakat negara lain sehingga tidak perlu dihitung dalam pendapatan nasional.
Perhitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran
dalam perekonomian terbuka dirumuskan sebagai berikut:
NI = C + I + G + (X – M)
Keterangan:
NI
|
=
|
National income (Pendapatan
nasional)
|
C
|
=
|
Consumption (pengeluaran
konsumsi rumah tangga)
|
I
|
=
|
Investment (pembentukan
modal sektor swasta)
|
G
|
=
|
Government Expenditure (pengeluaran
pemerintah)
|
X
|
=
|
Export
|
M
|
=
|
Import
|
3) Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional merupakan
balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam
proses produksi di suatu negara selama satu tahun.
Faktor produksi ada empat kelompok, yaitu: tenaga kerja, tanah
modal, dan kewirausahaan/pengusaha. Apabila faktor-faktor produksi tersebut
digunakan dalam proses produksi, akan diperoleh pendapatan berupa balas jasa.
Bentuk balas jasa dari faktor produksi tersebut adalah:
1. Balas jasa dari tenaga kerja berupa upah dan gaji.
2. Tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa.
3. Modal memperoleh bunga.
4. Kewirausahaan/pengusaha memperoleh keuntungan/laba.
Dari penjumlahan balas jasa ini akan diperoleh nilai
pendapatan nasional yang berbeda dengan nilai pendapatan nasional berdasarkan
kedua pendekatan lainnya. Pendapatan nasional yang diperoleh dengan menjumlahkan
balas jasa faktor produksi disebut produk nasional menurut harga faktor.
Pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan dihitung
dengan rumus:
NI = W + R + I + π
Keterangan:
NI
|
=
|
National Income (Pendapatan
Nasional)
|
W
|
=
|
Wages (upah pekerja)
|
R
|
=
|
Rent (sewa tanah)
|
I
|
=
|
Interest (bunga modal)
|
π
|
=
|
Profit (laba pengusaha)
|
Selain pendapatan nasional, perhitungan GDP juga bisa digunakan
untuk menghitung pendapatan di provinsi atau bahkan kabupaten yang berupa Pendapatan
Domestik Regional Bruto. Dengan demikian diharapkan susunan perekonomian suatu
provinsi juga dapat dianalisis strukturnya.
Indonesia sendiri menggunakan metode pendekatan pengeluaran
dalam perhitungan GDP-nya. Berikut adalah pertumbuhan GDP/PDB Indonesia dari
Badan Pusat Statistik (BPS) untuk kuartal kedua tahun 2017 sampai kuartal kedua
tahun 2018.
Pertumbuhan GDP Indonesia 2017 - 2018 |
Sumber:
BSE Ekonomi kelas 10
oleh Nurcahyaningtyas
BSE Mengasah kemampuan
ekonomi kelas 10 oleh Bambang Widjajanta dkk
www.bps.go.id
No comments:
Post a Comment