Saturday, December 1, 2018

Menghitung Pendapatan Nasional


Besarnya pendapatan nasional suatu negara dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto (GNP) atau Produk Nasional Bruto (GNP). GDP dan GNP inilah yang menjadi tolok ukur apakah suatu negara dikategorikan negara maju atau negara berkembang.

Dalam penghitungan besanya GDP atau GNP, masing-masing negara menggunakan pendekatannya masing-masing. Ada tiga cara menghitung pendapatan nasional, hal ini tergantung dari cara pandang atau pendekatan yang digunakan serta metode perhitungannya.
Gross Domestic Product (GDP) sebagai acuan kemakmuran negara


1) Pendekatan produksi

Menurut metode ini, pendapatan nasional yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian suatu negara.

Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi adalah dengan membagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah output setiap sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian.

Untuk keperluan ini perekonomian Indonesia dibagi ke dalam sembilan sektor lapangan usaha, yaitu:
1.Pertanian
6.Perdagangan, hotel, dan restoran
2.Pertambangan dan penggalian
7.Pengangkutan dan komunikasi
3.Industri
8.Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
4.Listrik, gas, dan air bersih
9.Jasa-jasa lain
5.Bangunan atau konstruksi

Setiap sektor tersebut masih dibagi lagi ke dalam subsektor.

Dalam perhitungan GDP ada beberapa kegiatan produksi yang tidak masuk dalam perhitungan, antara lain:
a.Pembayaran transfer/pindahan, yaitu pemindahan sejumlah uang dari kantong yang satu ke kantong yang lain tanpa disertai produksi, misalnya pembayaran pensiun dan subsidi.
b.Kenaikan dan penurunan nilai barang-barang modal karena inflasi atau depresiasi. Transaksi saham dan obligasi juga tidak diperhitungkan dalam GDP karena tidak berhubungan dengan produksi baru.
c.Kegiatan-kegiatan ilegal, antara lain penyelundupan barang dagang dan kegiatan melanggar hukum lainnya.
d.Pendapatan barang-barang bekas, yang berarti tidak ada penciptaan produk baru. Termasuk di dalamnya jual beli barang bekas.

Output dari setiap sektor perekonomian kemudian dijumlahkan dan diperolehlah nilai pendapatan nasional. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasak dari output sektor lain, atau merupakan input bagi sektor ekonomi yang lainnya.

Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double accounting) atau bahkan multiple accounting. Akibatnya, angka GDP yang diperoleh menggelembung beberapa kali lipat dari angka sebenarnya.

Untuk menghindari hal tersebut, maka perhitungan GDP dengan pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) setiap sektor.
Nilai tambah yaitu selisih antara nilai output dan nilai input antara.

NT = O – I

Keterangan:
NT
=
Nilai Tambah
O
=
Nilai Output
I
=
Nilai Input

Misalnya pada pembuatan sebuah baju yang dijual seharga Rp 100.000,-, digunakan bahan baku kain dan benang seharga Rp 80.000,-. Nilai tambah dari produksi ini adalah
NT = 100.000 – 80.000 = 20.000

Hanya nilai tambah inilah yang dihitung dalam pendapatan nasional.
Dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah yang dihasilkan setiap sektor produksi akan diperoleh nilai pendapatan nasional.
Keterangan:
NI
=
National Income (Pendapatan Nasional)
=
Jumlah
i
=
Sektor produksi ke-1,2,3….,n.
NT
=
Nilai tambah

Contoh:
Misalkan pada penebangan kayu hutan tidak dikenakan biaya menebang kayu, maka perhitungan nilai tambah yang dihasilkan dari penebangan kayu sampai menjual perabot di toko adalah:
No.
Jenis Kegiatan
Nilai produksi
(ribu rupiah)
Perhitungan
(ribu rupiah)
Nilai tambah
(ribu rupiah)
1.
Mengambil kayu hutan
50

50
2.
Menggergaji papan
200
200 – 50
150
3.
Membuat perabot
600
600 – 200
400
4.
Menjual perabot
800
800 – 600
200

Jumlah nilai tambah


800

Nilai tambah berbeda dengan keuntungan (laba). Nilai tambah adalah nilai produksi barang akhir dikurangi biaya bahan mentah. Di dalamnya termasuk keuntungan sebagai balas jasa faktor kewirausahaan (pengusaha). Sedangkan keuntungan yaitu nilai produksi akhir (hasil penjualan barang akhir) dikurangi biaya produksi berupa bahan mentah, sewa, upah karyawan dan bunga modal.

2) Pendekatan pengeluaran

Metode pendekatan ini dianggap lebih dapat memberikan keterangan-keterangan mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, menggambarkan masalah ekonomi suatu negara dan tingkat pertumbuhan yang dicapainya.

Ada empat unit ekonomi yang digunakan dalam perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran, yaitu:

a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga nilai belanja atau pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen untuk membeli jenis kebutuhan dalam satu tahun tertentu.
Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan digunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga seperti makanan pakaian, dan membayar jasa. Akan tetapi tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi, misalnya pengeluaran untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi.

b) Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah membeli barang terutama untuk kepentingan masyarakat, misalnya pengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, membayar gaji pegawai pemerintah, tentara dan polisi, serta pengeluaran untuk mengembangkan sarana dan prasarana.
Semua pengeluaran tersebut dimasukkan dalam pengeluaran pemerintah.
Beberapa pengeluaran pemerintah yang tidak termasuk sebagai pengeluaran untuk pendapatan nasional antara lain pemberian beasiswa, bantuan bencana alam, subsidi pemerintah. Pengeluaran ini bukan untuk membeli barang dan jasa sehingga termasuk pembayaran transfer.

c) Investasi
Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa akan datang. Termasuk dalam kategori ini adalah membangun gedung, membeli mesin, peralatan produksi dan mendirikan pabrik.
Investasi bukanlah jenis pengeluaran untuk konsumsi, melainkan digunakan untuk kegiatan produksi di waktu mendatang.

Pada dasarnya, investasi dibedakan atas tiga jenis pengeluaran:
1.Pengeluaran untuk barang modal dan peralatan produksi.
2.Perubahan-perubahan dalam nilai investasi pada akhir tahun.
3.Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal.

d) Ekspor Neto
Nilai ekspor neto diperoleh dengan mengurangkan nilai ekspor (X=ekspor) yang dilakukan suatu negara dalam tahun tertentu dengan nilai impor (M=impor) dalam periode yang sama.
Ekspor neto suatu negara biasanya terdiri atas barang-barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Oleh sebab itu, nilainya harus dihitung dalam pendapatan nasional. Sedangkan barang impor merupakan produksi masyarakat negara lain sehingga tidak perlu dihitung dalam pendapatan nasional.

Perhitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran dalam perekonomian terbuka dirumuskan sebagai berikut:
NI  =  C + I + G + (X – M)

Keterangan:
NI
=
National income (Pendapatan nasional)
C
=
Consumption (pengeluaran konsumsi rumah tangga)
I
=
Investment (pembentukan modal sektor swasta)
G
=
Government Expenditure (pengeluaran pemerintah)
X
=
Export
M
=
Import

3) Pendekatan Pendapatan

Menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara selama satu tahun.

Faktor produksi ada empat kelompok, yaitu: tenaga kerja, tanah modal, dan kewirausahaan/pengusaha. Apabila faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam proses produksi, akan diperoleh pendapatan berupa balas jasa.

Bentuk balas jasa dari faktor produksi tersebut adalah:
1. Balas jasa dari tenaga kerja berupa upah dan gaji.
2. Tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa.
3. Modal memperoleh bunga.
4. Kewirausahaan/pengusaha memperoleh keuntungan/laba.

Dari penjumlahan balas jasa ini akan diperoleh nilai pendapatan nasional yang berbeda dengan nilai pendapatan nasional berdasarkan kedua pendekatan lainnya. Pendapatan nasional yang diperoleh dengan menjumlahkan balas jasa faktor produksi disebut produk nasional menurut harga faktor.

Pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan dihitung dengan rumus:
NI = W + R + I + π

Keterangan:
NI
=
National Income (Pendapatan Nasional)
W
=
Wages (upah pekerja)
R
=
Rent (sewa tanah)
I
=
Interest (bunga modal)
π
=
Profit (laba pengusaha)

Selain pendapatan nasional, perhitungan GDP juga bisa digunakan untuk menghitung pendapatan di provinsi atau bahkan kabupaten yang berupa Pendapatan Domestik Regional Bruto. Dengan demikian diharapkan susunan perekonomian suatu provinsi juga dapat dianalisis strukturnya.

Indonesia sendiri menggunakan metode pendekatan pengeluaran dalam perhitungan GDP-nya. Berikut adalah pertumbuhan GDP/PDB Indonesia dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk kuartal kedua tahun 2017 sampai kuartal kedua tahun 2018.
Pertumbuhan GDP Indonesia 2017 - 2018


Sumber:
BSE Ekonomi kelas 10 oleh Nurcahyaningtyas
BSE Mengasah kemampuan ekonomi kelas 10 oleh Bambang Widjajanta dkk
www.bps.go.id



No comments:

Post a Comment

Post terbaru

Bukan dari kertas! Uang kertas ternyata dibuat dengan bahan ini

Pernah merasa penasaran mengapa uang rupiah kertas yang selama ini kita pegang dan gunakan ternyata lebih tahan lama dari pada lembaran ...

Post Populer