Thursday, November 8, 2018

Gunting Syafruddin: Kebijakan “menggunting uang” sungguhan!


Kebijakan menggunting uang? Maksudnya hanya kiasan kan? Nggak mungkin benar digunting kan? Nanti uangnya jadi nggak laku dong?!

Yap. Nama kebijakan moneter ini sesuai dengan apa yang diperintahkan pemerintah waktu itu. Dengan kata lain, “Uangnya benar-benar digunting!”

(Baca juga: Kebijakan Moneter



Kebijakan Gunting Syafruddin
 
Gunting Syafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Syafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan pada masa Kabinet Hatta II. Kebijakan Gunting Syafruddin merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki perekonomian Indonesia sekitar tahun 1950 akibat agresi militer pada 1947 dan 1949, yang mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi berat.

Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk – utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar 5,1 miliar rupiah, Menteri keuangan saat itu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RIS Nomor PU 1, melakukan tindakan pemotongan uang. Kebijakan ini merupakan kebijakan mata uang pertama di Indonesia, sekaligus kebijakan yang mengejutkan banyak pihak kala itu. Bayangkan saja, bukan cuma nilai mata uang yang dipangkas, fisik alis lembar uangnya pun benar-benar dipotong!
Uang De Javasche Bank

Uang NICA (Netherland-Indies Civil Administration)

Kebijakan ini mulai berlaku pada pukul 20.00 tanggal 10 Maret 1950. Menurut kebijakan ini, “uang merah” (uang kertas NICA pada waktu itu) dan uang De Javasche Bank dari pecahan 5 gulden ke atas harus digunting menjadi dua.

Kebijakan Gunting Syafruddin


Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula. Kemudian pada 22 Maret 1950 sampai dengan 16 April 1950, bagian sebelah kiri ini sudah harus ditukarkan dengan uang kertas yang baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditentukan. Jika lebih dari tanggal tersebut belum ditukarkan, maka potongan uang tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.

Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar 30 tahun kemudian dengan bunga sebesar 3% per tahun.
Kebijakan “Gunting Syafruddin” ini juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan, demikian pula dengan uang ORI (Oeang Republik Indonesia).

Dengan mengambil kebijakan yang kontroversial ini, Syafruddin bermaksud sekali melempar batu, dua burung kena. Beberapa sasaran yang dituju adalah:

- Penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru,
- Mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi
- Menurunkan harga
- Mengisi kas pemerintah dengan pijaman wajib yang besarnya diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar.

Kebijakan ini dianggap tidak akan merugikan rakyat kecil karena pada saat itu yang memiliki uang 5 gulden ke atas hanyalah orang kelas menengah atas. Nah, kebijakan pro rakyat kecil yang sekaligus bisa mengatasi masalah negara kan?

Selain kebijakan “Gunting Syafruddin” ini, kebijakan lain yang diambil adalah “Sertifikat Devisa”. Kebijakan ini mewajibkan importir membeli SD (Sertifikat Devisa) senilai harga barang yang hendak diimpor. Sedangkan para eksportir, selain mendapatkan uang sebanyak harga barangnya, juga memperoleh SD sebesar 50% dari harga ekspornya.

Syafruddin menyadari 2 kebijakan yang diambilnya ini memberatkan para importir. Namun, ia tidak mau mengabaikan kepentingan para petani yang yang menghasilkan sebagian besar barang ekspor.

Hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Kedudukan rupiah menguat, harga barang terutama barang pokok tidak mengalami kenaikan, dan pemasukan pemerintah naik berkali lipat dari Rp 1,871 miliar menjadi Rp6,990 miliar😊


Sumber:
Blog.ruangguru.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunting_Syafruddin
 




No comments:

Post a Comment

Post terbaru

Bukan dari kertas! Uang kertas ternyata dibuat dengan bahan ini

Pernah merasa penasaran mengapa uang rupiah kertas yang selama ini kita pegang dan gunakan ternyata lebih tahan lama dari pada lembaran ...

Post Populer